Jumat, 31 Juli 2015

Makalah dan laporan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terong merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (Solanaceae). Terong sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia dan banyak digunakan untuk keperluan konsumsi, baik dalam kondisi segar maupun yang sudah diolah terlebih dahulu. Spesies tanaman terong diantaranya: terong biasa (S. melongena var. esculentum), terong panjang (S. melongena var. serpentimum), dan terong kerdil (S. melongena var.depressum), ( Imdad dan Nawangsih, 2001).
Konsumsi akan buah terong dari tahun 2004 sampai tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Konsumsi buah terung tahun 2004 mencapai 2.55 kg/Th perkapita dan mengalami kenaikan yang signifikan di tahun 2007 yakni, mencapai 3.48 kg/Th perkapita. Kebutuhan akan terung dapat dipenuhi dengan menggunakan benih bermutu pada teknik budidaya. Produksi benih bermutu tidak lepas dari penentuan masak fisiologis dari benih yang akan di panen. Diperlukan waktu yang tepat dalam pemanenan benih. Banyak tolok ukur untuk menentukan tingkat kemasakan benih yang digunakan saat ini diantaranya bobot kering benih, kadar air benih, bobot 1000 butir benih, daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih, walaupun sebagian besar dari tolok ukur tersebut mempunyai kelemahan yakni, diperlukan waktu yang relatif lama untuk mengetahui hasilnya, (Dirjen Horti, 2009).
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan suatu tolok ukur yang lebih cepat dalam mendeteksi tingkat kemasakan benih. Sadjad et al. (1999) menyatakan perlunya pencarian indikator kuantitatif lain yang didasarkan proses biokimia untuk mendeteksi Vigor biokimiawi (Vbiok.). Salah satu tolok ukur yang dapat digunakan untuk mendeteksi tingkat kemasakan benih ialah melihat kandungan klorofil dan karotenoid dalam benih yang berhubungan dengan perubahan warna pada buah pada setiap fase kemasakan buah.Karoten dan klorofil berfungsi dalam membantu proses penyerapan cahaya pada proses fotosintesis, (Jelink 1998)

B. Tujuan
1. Mengetahui faktor penunjang budidaya terong di Kalimantan Timur
2.Mengetahui hambatan-hambatan dalam budidaya terong di Kalimantan Timur


BABA II
TINJAUAN PUSTAKA

a. faktor penunjang budidaya terung di Kalimantan timur
Iklim dan  ketinggian tempat
Tanaman terung pada umumnya tumbuh baaik apabila keadaan suhu udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman adalah berkisar antara 18 – 30oC, dengan curah hujan 1.200 – 1.500 mm/tahun, ini memungkinkan bila di budidayakan di Kalimantan timur dengan Temperatur udara rata-rata 26 oC dan curah hujan berkisar antara 1.500 - 4500 mm/tahun.

Letak Geografis Tanah/Ketinggian Tempat
Tanaman terung umumnya dapat tumbuh baik di dataran rendah dan dataran tinggi berkisar antara 1-1200m dpl, sesuia dengan keadaan georafis Kalimantan timur yang umumnya banyak terdapat dataran rendah dan dataran tinggi.

Luas lahan
Untuk meningkatkan produksi tanaman terung bisa di lakukan dengan extensivikasi atau dengan cara perluasan lahan. Di lihat dari segi lahan yang terdapat di daerah Kalimantan timur luas areal 20.865.774 ha, ini sangat memungkinkan meningkatkan penghasilan dengan perluasan lahan di kalimantan timur.

Tersedianya benih berkualitas.
Benih berkualitas merupakan salah satu faktor internal yang menentukan besarnya produktivitas terung, di Kalimantan sendiri penyediaan benih berkualitas mudah di jumpai dan banyak terdapat di toko-toko pertanian di Kalimantan timur.
Ketersediaan pupuk organik
Pupuk organik banyaak di gunakan petani pada media campur pengolahaan tanah, karna sifatnya yang tidak merusak bahkan memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik tanah. Ketersediaan pupuk organik banyak terdapat di daerah Kalimantan timur sendiri karena pupuk organic ini berasal dari kotoran ternak, tumbuhan-tumbuhan dan lain sebagainya. Selain itu pupuk organik tersedia dalam berbagai macam seperti pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk cair, pupuk bokasi dan lain sebagainya.
Ketersediaan Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja sangat di butuhkan dalam budidaya terong misalnya saat pengolahan lahan sampai pasca panen agar mempermudah dan mempercepat dalam budidaya terung. Di perkirakan Jumlah penduduk Kalimantan timur yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 1.477.917 orang, di mana sejumlah 1.423.257 orang diantaranya bekerja, sedangkan 54.660 orang merupakan pencari kerja.
Faktor Penghambat

Kurangnya Ketersedian air
Ketersediaan air yang kurang dapat menyebabkan tanaman kerdil dan akhirnya mati, di Kalimantan sendiri banyaknya wilayah pertanian yang jauh dari sumber air ini menyebakan hambatan dalam budidaya terung.
Gangguan OPT
Gangguan OPT seperti Gulma, Hama, Penyakit, sangat menggangu petani terung karena akibat dari gangguan tersebut harus mengeluarkan biaya yang lebih untuk mengendalikan gangguan OPT tersebut. Selain itu gangguan OPT dapat menurunkan baik dari segi kualitas dan kuantitas terung dan bahkan membuat gagal panen para petani terung di Kalimntan Timur.
Pemasaran hasil pertanian
Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan (marjin pemasaran yang tinggi) serta ada bagian yang dikeluarkan sebagai keuntungan pedagang. Hal tersebut cenderung memperkecil bagian yang diterima petani dan memperbesar biaya yang dibayarkan konsumen. Panjang pendeknya saluran pemasaran ditandai dengan jumlah pedagang perantara yang harus dilalui mulai dari petani sampai ke konsumen akhir. Semakin panjangnya saluran pemasaran maka hasil yang di dapat petani semakin kecil.

Kurangnya Tenaga Ahli
Kekurangan tenaga ahli dalam arti penyuluh pertanian, menyulitkan petani terung jika masalah-masalah yang di hadapi tidak mampu di atasi petani, selain itu juga penyuluh pertanian merupakan jembatan antara petani dan pemerintah jika tidak ada yang menjembatani petani maka petani tidak akan tersentuh oleh pemerintah, akibatnya para petani tidak memperoleh bantuan dari pemerintah baik bantuan alsinta, angkutan produksi, pemasaran hasil pertanian dan lain sebagainya.
Solusi
Ketersedian air
Ketersediaan air merupakan syarat budidaya terung oleh karena itu penting adanya air dalam budidaya terung, solusi mengatasi kekurangan air adalah dengan membuat wadah penampung air seperti sumur, kolam yang menampung air hujan.
Gangguan OPT
Gangguan OPT dapat diatasi menggunakan cara mekanik, biologi, kimia, maupun kultur teknik. pada pengendalian gulma, Cara mekanik bisa dengan cara menggunakan parang atau sabit untuk membasmi gulma, atau dengan cara menggunakan herbisda yang merupakan cara kimia. Sedangkan untuk pengendalian hama bisa menggunakan cara kimia seperti pestisda nabati maupun pestisda kimia seperti insektisida dan lain sebagainya.
Pemasaran hasil pertanian
Peran pemerintah untuk memberikan tempat pemasaran hasil pertanian bagi para petani terung, dan menentukan harga atap dan bawah yang melindungi petani dan konsumen.
Kurangnya Tenaga Ahli
Peran pemerintah menambah tenaga ahli / penyuluh pertanian kemudia menugaskannya ke petani – petani yang membutuhkan.


BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
Terong merupakan tanaman tropis yang sesuai di budidayakan di Kalimatan Timur, baik dari segi iklim, letak geografis/ketinggian tempat, luas lahan dan ketersediaan tenaga kerja.
Hambatan dalam membudidayakan terung di Kalimantan Timur anatara lain dari ketersediaan air, gangguan OPT, kurangnya tenaga ahli, dan pemasaran hasil pertanian.
Selain itu juga peran pemerintah sangat di perlukan untuk memfasilitasi petani agar petani dapat bertani lebih maju dan memperoleh keuntungan sesuai yang diharapkan petani.
SARAN
Dalam berbudiaya terong alangkah baiknya jika memilih tempat, di lahan yang datar , dekat dengan sumber air, dekat dengan jalan , dekat dengan pasar. Selain itu melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman lain yang berbeda family, agar hama dan penyakit tanaman terong dapat mati karena tanaman tempat tumbuhnnya sudah mati.BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terong merupakan taBAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terong merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (Solanaceae). Terong sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia dan banyak digunakan untuk keperluan konsumsi, baik dalam kondisi segar maupun yang sudah diolah terlebih dahulu. Spesies tanaman terong diantaranya: terong biasa (S. melongena var. esculentum), terong panjang (S. melongena var. serpentimum), dan terong kerdil (S. melongena var.depressum), ( Imdad dan Nawangsih, 2001).
Konsumsi akan buah terong dari tahun 2004 sampai tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Konsumsi buah terung tahun 2004 mencapai 2.55 kg/Th perkapita dan mengalami kenaikan yang signifikan di tahun 2007 yakni, mencapai 3.48 kg/Th perkapita. Kebutuhan akan terung dapat dipenuhi dengan menggunakan benih bermutu pada teknik budidaya. Produksi benih bermutu tidak lepas dari penentuan masak fisiologis dari benih yang akan di panen. Diperlukan waktu yang tepat dalam pemanenan benih. Banyak tolok ukur untuk menentukan tingkat kemasakan benih yang digunakan saat ini diantaranya bobot kering benih, kadar air benih, bobot 1000 butir benih, daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih, walaupun sebagian besar dari tolok ukur tersebut mempunyai kelemahan yakni, diperlukan waktu yang relatif lama untuk mengetahui hasilnya, (Dirjen Horti, 2009).
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan suatu tolok ukur yang lebih cepat dalam mendeteksi tingkat kemasakan benih. Sadjad et al. (1999) menyatakan perlunya pencarian indikator kuantitatif lain yang didasarkan proses biokimia untuk mendeteksi Vigor biokimiawi (Vbiok.). Salah satu tolok ukur yang dapat digunakan untuk mendeteksi tingkat kemasakan benih ialah melihat kandungan klorofil dan karotenoid dalam benih yang berhubungan dengan perubahan warna pada buah pada setiap fase kemasakan buah.Karoten dan klorofil berfungsi dalam membantu proses penyerapan cahaya pada proses fotosintesis, (Jelink 1998)

B. Tujuan
1. Mengetahui faktor penunjang budidaya terong di Kalimantan Timur
2.Mengetahui hambatan-hambatan dalam budidaya terong di Kalimantan Timur


BABA II
TINJAUAN PUSTAKA

a. faktor penunjang budidaya terung di Kalimantan timur
Iklim dan  ketinggian tempat
Tanaman terung pada umumnya tumbuh baaik apabila keadaan suhu udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman adalah berkisar antara 18 – 30oC, dengan curah hujan 1.200 – 1.500 mm/tahun, ini memungkinkan bila di budidayakan di Kalimantan timur dengan Temperatur udara rata-rata 26 oC dan curah hujan berkisar antara 1.500 - 4500 mm/tahun.

Letak Geografis Tanah/Ketinggian Tempat
Tanaman terung umumnya dapat tumbuh baik di dataran rendah dan dataran tinggi berkisar antara 1-1200m dpl, sesuia dengan keadaan georafis Kalimantan timur yang umumnya banyak terdapat dataran rendah dan dataran tinggi.

Luas lahan
Untuk meningkatkan produksi tanaman terung bisa di lakukan dengan extensivikasi atau dengan cara perluasan lahan. Di lihat dari segi lahan yang terdapat di daerah Kalimantan timur luas areal 20.865.774 ha, ini sangat memungkinkan meningkatkan penghasilan dengan perluasan lahan di kalimantan timur.

Tersedianya benih berkualitas.
Benih berkualitas merupakan salah satu faktor internal yang menentukan besarnya produktivitas terung, di Kalimantan sendiri penyediaan benih berkualitas mudah di jumpai dan banyak terdapat di toko-toko pertanian di Kalimantan timur.
Ketersediaan pupuk organik
Pupuk organik banyaak di gunakan petani pada media campur pengolahaan tanah, karna sifatnya yang tidak merusak bahkan memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik tanah. Ketersediaan pupuk organik banyak terdapat di daerah Kalimantan timur sendiri karena pupuk organic ini berasal dari kotoran ternak, tumbuhan-tumbuhan dan lain sebagainya. Selain itu pupuk organik tersedia dalam berbagai macam seperti pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk cair, pupuk bokasi dan lain sebagainya.
Ketersediaan Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja sangat di butuhkan dalam budidaya terong misalnya saat pengolahan lahan sampai pasca panen agar mempermudah dan mempercepat dalam budidaya terung. Di perkirakan Jumlah penduduk Kalimantan timur yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 1.477.917 orang, di mana sejumlah 1.423.257 orang diantaranya bekerja, sedangkan 54.660 orang merupakan pencari kerja.
Faktor Penghambat

Kurangnya Ketersedian air
Ketersediaan air yang kurang dapat menyebabkan tanaman kerdil dan akhirnya mati, di Kalimantan sendiri banyaknya wilayah pertanian yang jauh dari sumber air ini menyebakan hambatan dalam budidaya terung.
Gangguan OPT
Gangguan OPT seperti Gulma, Hama, Penyakit, sangat menggangu petani terung karena akibat dari gangguan tersebut harus mengeluarkan biaya yang lebih untuk mengendalikan gangguan OPT tersebut. Selain itu gangguan OPT dapat menurunkan baik dari segi kualitas dan kuantitas terung dan bahkan membuat gagal panen para petani terung di Kalimntan Timur.
Pemasaran hasil pertanian
Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan (marjin pemasaran yang tinggi) serta ada bagian yang dikeluarkan sebagai keuntungan pedagang. Hal tersebut cenderung memperkecil bagian yang diterima petani dan memperbesar biaya yang dibayarkan konsumen. Panjang pendeknya saluran pemasaran ditandai dengan jumlah pedagang perantara yang harus dilalui mulai dari petani sampai ke konsumen akhir. Semakin panjangnya saluran pemasaran maka hasil yang di dapat petani semakin kecil.

Kurangnya Tenaga Ahli
Kekurangan tenaga ahli dalam arti penyuluh pertanian, menyulitkan petani terung jika masalah-masalah yang di hadapi tidak mampu di atasi petani, selain itu juga penyuluh pertanian merupakan jembatan antara petani dan pemerintah jika tidak ada yang menjembatani petani maka petani tidak akan tersentuh oleh pemerintah, akibatnya para petani tidak memperoleh bantuan dari pemerintah baik bantuan alsinta, angkutan produksi, pemasaran hasil pertanian dan lain sebagainya.
Solusi
Ketersedian air
Ketersediaan air merupakan syarat budidaya terung oleh karena itu penting adanya air dalam budidaya terung, solusi mengatasi kekurangan air adalah dengan membuat wadah penampung air seperti sumur, kolam yang menampung air hujan.
Gangguan OPT
Gangguan OPT dapat diatasi menggunakan cara mekanik, biologi, kimia, maupun kultur teknik. pada pengendalian gulma, Cara mekanik bisa dengan cara menggunakan parang atau sabit untuk membasmi gulma, atau dengan cara menggunakan herbisda yang merupakan cara kimia. Sedangkan untuk pengendalian hama bisa menggunakan cara kimia seperti pestisda nabati maupun pestisda kimia seperti insektisida dan lain sebagainya.
Pemasaran hasil pertanian
Peran pemerintah untuk memberikan tempat pemasaran hasil pertanian bagi para petani terung, dan menentukan harga atap dan bawah yang melindungi petani dan konsumen.
Kurangnya Tenaga Ahli
Peran pemerintah menambah tenaga ahli / penyuluh pertanian kemudia menugaskannya ke petani – petani yang membutuhkan.


BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
Terong merupakan tanaman tropis yang sesuai di budidayakan di Kalimatan Timur, baik dari segi iklim, letak geografis/ketinggian tempat, luas lahan dan ketersediaan tenaga kerja.
Hambatan dalam membudidayakan terung di Kalimantan Timur anatara lain dari ketersediaan air, gangguan OPT, kurangnya tenaga ahli, dan pemasaran hasil pertanian.
Selain itu juga peran pemerintah sangat di perlukan untuk memfasilitasi petani agar petani dapat bertani lebih maju dan memperoleh keuntungan sesuai yang diharapkan petani.
SARAN
Dalam berbudiaya terong alangkah baiknya jika memilih tempat, di lahan yang datar , dekat dengan sumber air, dekat dengan jalan , dekat dengan pasar. Selain itu melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman lain yang berbeda family, agar hama dan penyakit tanaman terong dapat mati karena tanaman tempat tumbuhnnya sudah mati.naman perdu dari famili terong-terongan (Solanaceae). Terong sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia dan banyak digunakan untuk keperluan konsumsi, baik dalam kondisi segar maupun yang sudah diolah terlebih dahulu. Spesies tanaman terong diantaranya: terong biasa (S. melongena var. esculentum), terong panjang (S. melongena var. serpentimum), dan terong kerdil (S. melongena var.depressum), ( Imdad dan Nawangsih, 2001).
Konsumsi akan buah terong dari tahun 2004 sampai tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Konsumsi buah terung tahun 2004 mencapai 2.55 kg/Th perkapita dan mengalami kenaikan yang signifikan di tahun 2007 yakni, mencapai 3.48 kg/Th perkapita. Kebutuhan akan terung dapat dipenuhi dengan menggunakan benih bermutu pada teknik budidaya. Produksi benih bermutu tidak lepas dari penentuan masak fisiologis dari benih yang akan di panen. Diperlukan waktu yang tepat dalam pemanenan benih. Banyak tolok ukur untuk menentukan tingkat kemasakan benih yang digunakan saat ini diantaranya bobot kering benih, kadar air benih, bobot 1000 butir benih, daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih, walaupun sebagian besar dari tolok ukur tersebut mempunyai kelemahan yakni, diperlukan waktu yang relatif lama untuk mengetahui hasilnya, (Dirjen Horti, 2009).
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan suatu tolok ukur yang lebih cepat dalam mendeteksi tingkat kemasakan benih. Sadjad et al. (1999) menyatakan perlunya pencarian indikator kuantitatif lain yang didasarkan proses biokimia untuk mendeteksi Vigor biokimiawi (Vbiok.). Salah satu tolok ukur yang dapat digunakan untuk mendeteksi tingkat kemasakan benih ialah melihat kandungan klorofil dan karotenoid dalam benih yang berhubungan dengan perubahan warna pada buah pada setiap fase kemasakan buah.Karoten dan klorofil berfungsi dalam membantu proses penyerapan cahaya pada proses fotosintesis, (Jelink 1998)

B. Tujuan
1. Mengetahui faktor penunjang budidaya terong di Kalimantan Timur
2.Mengetahui hambatan-hambatan dalam budidaya terong di Kalimantan Timur


BABA II
TINJAUAN PUSTAKA

a. faktor penunjang budidaya terung di Kalimantan timur
Iklim dan  ketinggian tempat
Tanaman terung pada umumnya tumbuh baaik apabila keadaan suhu udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman adalah berkisar antara 18 – 30oC, dengan curah hujan 1.200 – 1.500 mm/tahun, ini memungkinkan bila di budidayakan di Kalimantan timur dengan Temperatur udara rata-rata 26 oC dan curah hujan berkisar antara 1.500 - 4500 mm/tahun.

Letak Geografis Tanah/Ketinggian Tempat
Tanaman terung umumnya dapat tumbuh baik di dataran rendah dan dataran tinggi berkisar antara 1-1200m dpl, sesuia dengan keadaan georafis Kalimantan timur yang umumnya banyak terdapat dataran rendah dan dataran tinggi.

Luas lahan
Untuk meningkatkan produksi tanaman terung bisa di lakukan dengan extensivikasi atau dengan cara perluasan lahan. Di lihat dari segi lahan yang terdapat di daerah Kalimantan timur luas areal 20.865.774 ha, ini sangat memungkinkan meningkatkan penghasilan dengan perluasan lahan di kalimantan timur.

Tersedianya benih berkualitas.
Benih berkualitas merupakan salah satu faktor internal yang menentukan besarnya produktivitas terung, di Kalimantan sendiri penyediaan benih berkualitas mudah di jumpai dan banyak terdapat di toko-toko pertanian di Kalimantan timur.
Ketersediaan pupuk organik
Pupuk organik banyaak di gunakan petani pada media campur pengolahaan tanah, karna sifatnya yang tidak merusak bahkan memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik tanah. Ketersediaan pupuk organik banyak terdapat di daerah Kalimantan timur sendiri karena pupuk organic ini berasal dari kotoran ternak, tumbuhan-tumbuhan dan lain sebagainya. Selain itu pupuk organik tersedia dalam berbagai macam seperti pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk cair, pupuk bokasi dan lain sebagainya.
Ketersediaan Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja sangat di butuhkan dalam budidaya terong misalnya saat pengolahan lahan sampai pasca panen agar mempermudah dan mempercepat dalam budidaya terung. Di perkirakan Jumlah penduduk Kalimantan timur yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 1.477.917 orang, di mana sejumlah 1.423.257 orang diantaranya bekerja, sedangkan 54.660 orang merupakan pencari kerja.
Faktor Penghambat

Kurangnya Ketersedian air
Ketersediaan air yang kurang dapat menyebabkan tanaman kerdil dan akhirnya mati, di Kalimantan sendiri banyaknya wilayah pertanian yang jauh dari sumber air ini menyebakan hambatan dalam budidaya terung.
Gangguan OPT
Gangguan OPT seperti Gulma, Hama, Penyakit, sangat menggangu petani terung karena akibat dari gangguan tersebut harus mengeluarkan biaya yang lebih untuk mengendalikan gangguan OPT tersebut. Selain itu gangguan OPT dapat menurunkan baik dari segi kualitas dan kuantitas terung dan bahkan membuat gagal panen para petani terung di Kalimntan Timur.
Pemasaran hasil pertanian
Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan (marjin pemasaran yang tinggi) serta ada bagian yang dikeluarkan sebagai keuntungan pedagang. Hal tersebut cenderung memperkecil bagian yang diterima petani dan memperbesar biaya yang dibayarkan konsumen. Panjang pendeknya saluran pemasaran ditandai dengan jumlah pedagang perantara yang harus dilalui mulai dari petani sampai ke konsumen akhir. Semakin panjangnya saluran pemasaran maka hasil yang di dapat petani semakin kecil.

Kurangnya Tenaga Ahli
Kekurangan tenaga ahli dalam arti penyuluh pertanian, menyulitkan petani terung jika masalah-masalah yang di hadapi tidak mampu di atasi petani, selain itu juga penyuluh pertanian merupakan jembatan antara petani dan pemerintah jika tidak ada yang menjembatani petani maka petani tidak akan tersentuh oleh pemerintah, akibatnya para petani tidak memperoleh bantuan dari pemerintah baik bantuan alsinta, angkutan produksi, pemasaran hasil pertanian dan lain sebagainya.
Solusi
Ketersedian air
Ketersediaan air merupakan syarat budidaya terung oleh karena itu penting adanya air dalam budidaya terung, solusi mengatasi kekurangan air adalah dengan membuat wadah penampung air seperti sumur, kolam yang menampung air hujan.
Gangguan OPT
Gangguan OPT dapat diatasi menggunakan cara mekanik, biologi, kimia, maupun kultur teknik. pada pengendalian gulma, Cara mekanik bisa dengan cara menggunakan parang atau sabit untuk membasmi gulma, atau dengan cara menggunakan herbisda yang merupakan cara kimia. Sedangkan untuk pengendalian hama bisa menggunakan cara kimia seperti pestisda nabati maupun pestisda kimia seperti insektisida dan lain sebagainya.
Pemasaran hasil pertanian
Peran pemerintah untuk memberikan tempat pemasaran hasil pertanian bagi para petani terung, dan menentukan harga atap dan bawah yang melindungi petani dan konsumen.
Kurangnya Tenaga Ahli
Peran pemerintah menambah tenaga ahli / penyuluh pertanian kemudia menugaskannya ke petani – petani yang membutuhkan.


BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
Terong merupakan tanaman tropis yang sesuai di budidayakan di Kalimatan Timur, baik dari segi iklim, letak geografis/ketinggian tempat, luas lahan dan ketersediaan tenaga kerja.
Hambatan dalam membudidayakan terung di Kalimantan Timur anatara lain dari ketersediaan air, gangguan OPT, kurangnya tenaga ahli, dan pemasaran hasil pertanian.
Selain itu juga peran pemerintah sangat di perlukan untuk memfasilitasi petani agar petani dapat bertani lebih maju dan memperoleh keuntungan sesuai yang diharapkan petani.
SARAN
Dalam berbudiaya terong alangkah baiknya jika memilih tempat, di lahan yang datar , dekat dengan sumber air, dekat dengan jalan , dekat dengan pasar. Selain itu melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman lain yang berbeda family, agar hama dan penyakit tanaman terong dapat mati karena tanaman tempat tumbuhnnya sudah mati.

Sejarah uptd bbi hortikultura loa janan samarinda

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Instansi atau Lembaga

2.1.1 Sejarah UPTD Balai Benih Induk Hortikultura

Berdasarkan kebijakan di bidang pertanian instansi pembenihan, balai benih digolongkan atas tiga jenis yaitu Balai Benih Induk (BBI), Balai Benih Utama (BBU), dan Balai Benih Pembantu (BBP). Penggolongan balai benih tersebut didasarkan pada peranan dan fungsinya ditinjau dari peranan balai benih induk memproduksi benih dasar dan benih pokok, balai benih utama memproduksi benih pokok dan balai benih pembantu memproduksi benih sebar.
Setiap penggolongan tanaman padi, palawija, dan hortikultura masing-masing mempunyai ke tiga golongan. Balai benih di atas ditinjau dari pembiayaan dan pengolahan, BBI dibiayai sepenuhnya dari APBN dan dikelola oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan di provinsi di bawah supervisi direktorat jendral pertanian tanaman pangan, sedangkan balai benih pembantu (BBP) dibayar oleh pemerintah daerah tingkat I dan pengelolaannya secara pembinaan teknis oleh dinas pertanian tanaman pangan tingkat I Kalimantan Timur.
UPTD Balai Benih Induk (BBI) Hortikultura Batuah Loa Janan merupakan salah satu intansi pembenihan yang berada di bawah naungan dinas pertanian tanaman pangan tingkat I Kalimantan Timur. Kedudukan organisasi dan tata laksana dari instansi UPTD BBIH Kalimantan Timur berdasarkan peraturan Gubernur No. 19 Tahun 2009, tentang kepala UPTD berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas pertanian tanaman pangan Provinsi Kalimantan Timur. Adapun tanaman yang dibudidayakan terdiri dari tanaman hias, tanaman buah-buahan, tanaman obat-obatan dan tanaman sayur-sayuran (Anonim, 2012a).
2.1.2 Lokasi
UPTD Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) mulai dibangun pada tanggal 20 Februari 1985. Berlokasi di Jl. Soekarno Hatta Km. 40 Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara menempati areal ± 35 Ha. Status BBI adalah sebagai unit pelaksanaan teknis dinas (UPTD) di wilayah kerja dinas pertanian tanaman pangan provinsi Kalimantan Timur.
Jarak yang harus ditempuh untuk sampai ke UPTD BBI Hortikultura adalah ;
- Dari Balikpapan BBIH ± 60 Km;
- Dari Samarinda BBIH ± 40 Km;
- Dari Tenggarong BBIH ± 52 Km.
Terletak pada ketinggian 60-95 m dpl, topografi bergelombang dan keadaan tanah didominasi podsolik merah kuning dan curah hujan rata-rata 1,64 mm/tahun.
Pada tanggal 1 Januari 1987 BBIH Loa Janan mulai melaksanakan tugas dan fungsinya antara lain;
1. Membudidayakan benih sumber menjadi benih dasar dan benih pokok berbagai tanaman hortikultura.
2. Sebagai tempat pengembangan teknologi di bidang pembenihan.
3. Sebagai tempat pengujian tanaman dari berbagai varietas.
4. Sebagai tempat koleksi bagi tanaman hias, buah-buahan langka.
5. Sebagai tempat pendidikan, latihan, pertemuan penyuluhan, petani dan para petugas pembenihan (Anonim, 2012a).
2.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi UPTD Balai Benih Induk Hortikultura 
UPTD mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
1. Tugas Pokok UPTD BBIH
Melaksanakan sebagian teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang dinas di bidang produk benih induk hortikultura.
2. Fungsi  UPTD BBIH
a. Penyusunan rencana teknis operasional BBI Hortikultura.
b. Melaksanakan kegiatan teknis operasional BBI Hortikultura.
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan BBI Hortikultura.
d. Pengelolaan urusan dan ketatausahaan.
e. Pembinaan kelompok jabatan fungsional.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya (Anonim, 2012a).
2.1.4 Struktur Organisasi


























Staf Tata Usaha
Staf Produksi Benih
Staf Pengembangan
Teknologi Benih

1. Parlan 
    NIP. 19640112 199101 1 001

2. Sofyannur
    NIP. 19750401 200701 1 015
3. Ferdy Pardian
    NIP. 19830503 200901 1 004

4. Nani Supianti
    NIP. 19800914 200902 2 001

5. Umardin
     PTT

6. M. Jupri
    PTT


1. Mistiono
    NIP. 19690819 199702 1 001

2. Suratno
    NIP. 19790404 200801 1 027
3. Jumadi
    NIP. 19801017 200801 1 013

4. Rini Indriati
    NIP. 19810803 200901 2 001

5. Syarifuddin
    NIP. 19750101 201001 1 006

6. Syamsu Yadi
    NIP. 19710602 200701 1 018


1. Yapin
    NIP. 19640130 198903 1 004

2. Syamsul Hajar
    NIP. 19660312 199101 1 001
3. Midiansyah
    NIP. 19750506 200701 1 013

4. Hairunnisa
    NIP. 19800726 200801 2 015

5. Hermanto
    NIP. 19810607 200801 1 024

6. Abdul Mursid
    NIP. 19760725 200901 1 002

7. Ipentius
    NIP. 19791005 201101 1 008






No.
Nama Petugas
Rincian Kegiatan
Tenaga HOK
Keterangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
I























Staf  Tata Usaha
1. Parlan 
    NIP. 19640112 199101 1 001


2. Sofyannur
    NIP. 19750401 200701 1 015




3. Nani Supianti
    NIP. 19800914 200902 2 001







4. Umardin
     PTT

5. M. Jupri
    PTT

- Bendahara Keuangan ( APBD )
- Membuat SPJ
- Pembukuan keuangan

- Simda Keuangan
- Simda Barang
- Membuat laporan kegiatan
- Membuat laporan keuangan

- Mengelola kearsipan
- Mengarsipkan/ disposisi masuk surat dan surat keluar.
- Membuat /merekap absensi
- Menjaga kebersihan kantor dan bagian lainnya.
- Menjaga kebersihan dan memelihara taman dan parkir

- Keamanan/ wakar malam


- Keamanan/ wakar siang










1. Ardiansyah
2. Abdul Ra’uf
3. M. Tohir






1. M. Nurdin
2. Danial

1. M. Yazid S.


II
Staf Produksi Benih
1. Mistiono
    NIP. 19690819 199702 1 001
















2. Jumadi
    NIP. 19801017 200801 1 013
















3. Suratno
    NIP. 19790404 200801 1 027











4. Rini Indriati
    NIP. 19810803 200901 2 001






5. Syamsu Yadi
    NIP. 19710602 200701 1 018







6. Syarifuddin
    NIP. 19750101 201001 1 006

- Koordinator perbanyakan tanaman hias.
- Memelihara/merawat pohon induk tanaman hias anggrek dan non anggrek pada 7 rumah lindung.
- Melaksanakan perbanyakan tanaman hias anggrek dan non anggrek
- Melaksanakan perbanyakan tanaman sayuran
- Melaksanakan kegiatan aklimatisasi anggrek
- Memelihara kebersihan dan keindahan pada 7 (tujuh) rumah lindung dan sekitarnya.

- Melaksanakan perbanyakan tanaman hias anggrek tanah dan non anggrek
- Memelihara/merawat pohon induk tanaman hias anggrek dan non anggrek pada 2 (dua) rumah lindung dan memelihara kebun induk anggrek tanah.
- Memelihara kebersihan dan keindahan di sekitar lokasi tugasnya.
- Memelihara & merawat plasma nutfah

- Koordinator perbanyakan benih tanaman buah-buahan.
- Melakukan perbanyakan benih buah-buahan (okulator)
- Memelihara/ merawat benih tanaman buah-buahan.
- Melaksanakan teknologi emiter.
- Melaksanakan urusan sertifikasi benih.
- Memelihara kebersihan dan keindahan di sekitar lokasi tugasnya.

- Melakukan perbanyakan benih tanaman buah-buahan (okulator)
- Merawat/ memelihara benih tanaman buah-buahan
- Memelihara kebersihan dan keindahan d isekitar lokasi tugasnya.

- Melakukan perbanyakan tanaman buah-buahan (okulator).
- Memelihara/ merawat benih tanaman buah-buahan.
- Memelihara kebersihan dan keindahan di sekitar lokasi tugasnya.

- Melaksanakan perbanyakan benih tanaman biofarmaka.
- Memelihara/ merawat tanaman biofarmaka
- Memelihara dan merawat  3 (tiga) rumah lindung.
- Memelihara kebersihan dan keindahan d isekitar lokasi tugasnya.


1. Aprianto






























1. Syawaluddin
2. Abadi
3. M. Thair











1. Hasdi
2. Agus G






1. Umar
2. Aziz

III
Staf  Pengembangan Teknologi Benih
1. Yapin
    NIP. 19640130 198903 1 004









2. Hairunnisa
    NIP. 19800726 200801 2 015









3. Midiansyah
    NIP. 19750506 200701 1 013



























4. Hermanto
    NIP. 19810607 200801 1 024












5. Syamsul Hajar
    NIP. 19660312 199101 1 001






6. Abdul Mursid
    NIP. 19760725 200901 1 002

7. Ipentius
    NIP. 19791005 201101 1 008


- Koordinator laboraturium Kultur Jaringan.
- Membuat/ merencanakan kegiatan Kultur Jaringan.
- Meramu/ membuat dan sterilisasi media kultur jaringan.
- Menginokulasi, subkultur dan analis kultur jaringan.
- Membuat laporan.

- Meramu/ membuat dan sterilisasi media kultur jaringan.
- Menginokulasi, subkultur dan analis kultur jaringan.
- Membersihkan/ strerilisasi alat.
- Menjaga/ merawat kebersihan gedung kultur jaringan.
- Memelihara kebersihan dan keindahan di sekitar lokasi tugasnya.

- Koordinator BF dan BPMT Jeruk
- Memelihara/ merawat BF dan BPMT Jeruk pada 6 Screen .
- Memelihara/merawat pohon induk tanaman Buah Naga
- Memelihara/ merawat kebun buah/kebun koleksi, tanaman langka dan kebun plasma nutfah 
- Memelihara/ merawat kebersihan Pendopo, saung, gazebo, wc, jogging trek,kolam dan taman.
- Koordinator perbanyakan  tanaman biofarmaka.
- Memelihara/ merawat Demplot tanaman Nanas.
- Memelihara/ merawat pohon induk batang bawah tanaman jeruk dan pohon induk tan. Jambu air.
- Memelihara kebersihan dan keindahan di lokasi kerjanya
- Penerima dan pemegang barang.
- Melaksanakan pembukuan pengadaan belanja barang dan jasa serta belanja modal.

- Koordinator Pohon Induk, BF dan BPMT tanaman buah-buahan.
- Memelihara/ merawat Pohon Induk  BF dan BPMT tanaman buah-buahan tanaman non jeruk.
- Memelihara/ merawat Demplot tanaman Pisang.
- Memelihara/ merawat pohon induk tanaman pisang.
- Memelihara kebersihan dan keindahan di sekitar lokasi tugasnya.

- Memelihara/merawat Pohon 
- Induk Buah-buahan
- Merawat kebersihan kantor
dan sekitarnya
- Perbanyakan benih tanaman Jeruk

- Membantu Pak Samsul Hajar

- Membantu Pak Samsul Hajar













1. Ita Hairani










1. Mansur
2. Nurdin
3. Abdul Salam
4. Umar
5. Nurdiansyah
6. Hardiansyah
7. Suhardi
8. Ari Susanto
9. Darwis



















1. Daryo Slamet
2. M. Tang
3. Agus cahyono
4. Wahyu
5. M. Rasyid
6. M. Tahir Tire
7. Samir
8. Ahmat Sukri
(Heldi)
9. Muhajir










































































(penjaga kebun)
(penjaga kebun)






Lokasi kegiatan di sepaku

( Sumber: UPTD Balai Benih Induk Hortikultura Loa Janan (2012) )

Keterangan :
HOK APBD   1. Taman & Parkir : 1 orang
2. Kebersihan kantor : 3 orang
3. Wakar : 3 orang
4. Petugas kebun : 20 orang
` 5. Penjaga kebun : 2 orang
6. Rumah lindung : 5 orang
2.1.5 Kegiatan Utama dan Penunjang UPTD BBIH
1. Kegiatan Utama
a. Memproduksi benih tanaman buah-buahan.
b. Memproduksi benih tanaman hias.
c. Memproduksi benih tanaman biofarmaka.
d. Memproduksi benih tanaman sayuran.
e. Pengelolaan BF dan BPMT tanaman buah-buahan.
2. Kegiatan Penunjang
a. Pembinaan penangkaran benih Hortikultura se-Kaltim.
b. Peningkatan SDM perbenihan baik aparat maupun penangkaran benih.
c. Penyedian informasi teknologi perbanyakan benih hortikultura.
d. Sebagai tempat pembelajaran perbanyakan benih hortikultura bagi masyarakat.
e. Pelestarian plasma nutfah.
f. Melaksanakan pengkajian teknologi perbenihan hortikultura.
g. Evaluasi varietas unggul.
h. Sebagai tempat siswa atau mahasiswa untuk melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) maupun magang (Anonim, 2012a).
2.1.6 Organisasi dan ketenagakerjaan
Organisasi ketenagakerjaan UPTD BBI Hortikultura terdiri atas: kepala UPTD, Kasubag TU, Kasi pengembangan teknologi benih, Kasi produksi benih, dan Instalasi laboratorium kultur jaringan (Anonim, 2012a).

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Tinjauan Umum Angrek Dendrobium 
Anggrek yang termasuk ke dalam tanaman keluarga Orchidaceae ini merupakan tanaman yang tersebar luas di pelosok dunia termasuk Indonesia. Kontribusi anggrek Indonesia di dunia cukup besar. Dari 20.000 spesies anggrek yang tersebar di seluruh dunia, 6.000 di antaranya berada di Indonesia. Di Indonesia, anggrek banyak ditemukan di hutan-hutan. Anggrek seperti ini dikenal sebagai anggrek spesies. Selain anggrek spesies, dikenal juga beberapa jenis anggrek hasil silangan atau anggrek hibrida. Setiap tahunnya, diperkirakan ada 1.000 anggrek hibrida baru yang merupakan hasil silangan para pembudi daya atau petani (Anonim, 2002).
Bentuk bunga anggrek sangat beragam. Ada yang bentuknya seperti kalajengking (Arachnis), kupu-kupu (Phalaenopsis), atau kantung (Phapio-pedilum). Perkembangan keragaman warna dan bentuk bunga anggrek sangat dipengaruhi oleh para pemulia anggrek (Anonim, 2002). Tanaman anggrek termasuk tanaman yang mempunyai kecepatan tumbuh relatif lambat. Kecepatan tumbuh ini berbeda-beda pada setiap jenis anggrek. Kecepatan tumbuh ini cukup berpengaruh terhadap pemeliharaan tanaman anggrek yang berorientasi pada produksi bunga. Karena itu, teknik budi daya perlu ditingkatkan untuk memacu kualitas dan kuantitas tanaman anggrek (Iswanto, 2002).
Berbagai jenis anggrek Dendrobium sangat diminati oleh masyarakat, karena menghasilkan bunga cantik dan warna menawan. Selain itu, mahkota bunganya tidak mudah rontok, dibandingkan dengan jenis anggrek lainnya. Cara hidup anggrek Dendrobium adalah menempel pada benda lain seperti batang pohon, lempengan pakis, beberapa jenis ada yang di bebatuan, di lereng pegunungan, dan ada juga yang tumbuh memanjat pada batang tanaman lain tanpa merugikan tempat yang ditempeli (bersifat epifit). Sedangkan pola pertumbuhannya simpodial (Solvia, 2008).
Anggrek Dendrobium dapat ditemukan mulai dari dataran rendah sampai dengan puncak pegunungan paling tinggi seperti Himalaya. Karena penye-barannya luas, jenis ini mempunyai berbagai kultur yang berbeda, maka tak heran kalau anggrek ini memiliki macam ragam aneka bentuk dan motif bunga, dari yang super mini sampai yang besar, dari yang tak beraroma sampai yang wangi lembut menggoda, dari yang berwarna putih polos sampai yang kombinasi warna menyala, dari yang berpetal-sepal lurus sampai yang kribo. Tumbuh baik pada ketinggian 0−500 m dpl dengan kelembapan 60−80%. Budi daya anggrek yang paling mudah adalah yang berasal dari tempat asalnya (Widiastoety dkk, 2009).


Sumber: Balai Benih Induk Hortikultura Loa Janan
Gambar 1. Bunga Anggrek Dendrobium sp.

Dalam Sistematika (Taksonomi) tumbuhan, menurut Tjitrosoepomo (2007) kedudukan tanaman anggrek Dendrobium diklasifikasikan sebagai berikut:
kingdom : Plantae
divisi : Spermatophyta
kelas : Monocotyledonae
ordo : Orchidales
famili : Orchidaceae
genus : Dendrobium
spesies : Dendrobium sp.

2.2.2 Kultur Jaringan
Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara memperbanyak jaringan mikro tanaman yang ditumbuhkan secara in vitro menjadi tanaman yang sempurna dalam jumlah yang tidak terbatas. Yang menjadi dasar kultur jaringan adalah totipotensi sel, yaitu setiap sel organ tanaman mampu tumbuh menjadi tanaman yang sempurna bila ditempatkan di lingkungan yang sesuai (Yuliarti, 2010).
Teknik kultur jaringan tumbuhan bermula dari pembuktian sifat totipotensi sel, yaitu bahwa setiap sel tumbuhan yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Teknik kultur jaringan tumbuhan sangat potensial untuk program pemuliaan tumbuhan. Dibandingkan dengan perbanyakan tumbuhan secara konvensional, perbanyakan tumbuhan secara kultur jaringan mempunyai kelebihan yaitu dapat memperbanyak tumbuhan tertentu yang sulit atau sangat lambat diperbanyak secara konvensional, ditumbuhkan dalam waktu relatif singkat sehingga lebih ekonomis (Yusnita, 2003).
Kultur jaringan tanaman juga dimanfaatkan untuk memproduksi bibit dalam jumlah besar yang mempunyai sifat unggul, bebas virus, metabolit sekunder, pelestarian plasma nutfah yang hampir punah, percepatan pemuliaan tanaman dan juga rekayasa genetika tanaman. Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, untuk keperluan kultur jaringan biasanya dipilih bagian tanaman yang masih muda karena bagian ini memiliki sifat yang mudah tumbuh. Bagian yang mudah tumbuh ini adalah bagian meristem yaitu organ tanaman yang sifat pertumbuhannya agresif, seperti daun muda, ujung akar, keping biji dan lain-lain (Yuliarti, 2010).
Peralatan, media dan bahan tanaman yang akan digunakan merupakan persyaratan yang mutlak dilakukan untuk kegiatan kultur jaringan. Bila ada salah satu dari ketiga poin tersebut tidak dalam keadaan steril, maka kegiatan kultur yang dilakukan tidak akan berhasil karena akan terkontaminasi oleh berbagai organisme kontaminan (Abbas, 2011)
A. Faktor Media
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tumbuhan secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yang dikulturkan (Yusnita, 2003).
Beberapa macam media dasar yang pada umumnya diberi nama sesuai dengan nama penemunya, antara lain adalah:
1. Medium dasar Murhasige dan Skoog (MS): Digunakan untuk hampir semua macam tumbuhan, terutama tumbuhan herbaceus. Media ini mempunyai konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+.
2. Medium dasar B5 atau Gamborg: Digunakan untuk kultur suspensi sel kedele, alfafa dan legume lain.
3. Medium dasar White: Digunakan untuk kultur akar. Medium ini merupakan medium dasar dengan konsentrasi garam-garam mineral yang rendah.
4. Medium Vacin Went (VW): Digunakan khusus untuk medium anggrek.
5. Medium dasar Nitsch dan Nitsch: Digunakan untuk kultur tepung sari (pollen) dan kultur sel.
6. Medium dasar Schenk dan Hildebrandt: Digunakan untuk kultur jaringan tumbuhan monokotil.
7. Medium dasar Woody Plant Medium (WPM): Digunakan untuk tumbuhan yang berkayu.
8. Medium dasar N6: Digunakan untuk tumbuhan serelia terutama padi.
9. Dan lain-lainnya (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Keberhasilan dalam teknologi serta penggunaan metode in vitro terutama disebabkan pengetahuan yang lebih baik tentang kebutuhan hara sel dan jaringan yang dikulturkan. Hara terdiri dari komponen yang utama dan komponen tambahan. Komponen utama meliputi garam mineral, sumber karbon (gula), vitamin dan pengatur tumbuh. Komponen lain seperti senyawa nitrogen organik, berbagai asam organik, metabolit dan ekstrak tambahan tidak mutlak, tetapi dapat menguntungkan ketahanan sel dan perbanyakannya (Wetler dan Constabel,  1991).
Media kultur fisiknya dapat berbentuk cair atau padat. Media berbentuk padat menggunakan pemadat media, seperti agar-agar atau gelrite. Komponen media kultur yang lengkap sebagai berikut:
1. Air destilat (aquades) atau air bebas ion sebagai pelarut.
2. Hara-hara makro dan mikro.
3. Gula (umumnya sukrosa) sebagai sumber energi.
4. Vitamin, asam amino, dan bahan organik lain.
5. Zat pengatur tumbuh.
6. Suplemen berupa bahan-bahan alami, jika diperlukan.
7. Agar-agar atau gelrite sebagai pemadat media (Yusnita, 2003).


B. Faktor Tanaman
Seleksi bahan eksplan yang cocok merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan program kultur jaringan. Untuk memulai kultur jaringan yang baru dengan spesies atau kultivar tanaman yang baru pula, seringkali menghendaki analisis yang sistematis terhadap potensi eksplan dari setiap tipe jaringan. Oleh karena itu, Pierik (1997) mengemukakan tiga aspek utama yang harus diperhatikan dalam seleksi bahan eksplan, yaitu genotip, umur, dan kondisi fisiologi bahan tersebut.
Kemampuan regenerasi setiap genotip sangat berbeda, walaupun tanaman dapat diperoleh dari sejumlah besar genotip. Pengaruh genotip, proliferasi sel dapat dilihat pada kapasitas regeneratifnya. Pada umumnya, tanaman dikotil lebih mudah berproliferasi pada kultur in vitro daripada tanaman monokotil. Selain itu, tanaman gymnospermae memilki kapasitas regeneratif yang lebih terbatas dibandingkan dengan tanamaan angiospermae. Tanaman yang umumnya mudah diperbanyak melalui teknik perbanyakan vegetatif konvensional akan mudah pula diperbanyak melalui teknik kultur jaringan (Zulkarnain, 2009).
C. Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan kultur jaringan antara lain pH, kelembapan, cahaya dan temperatur. Faktor lingkungan tersebut berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan diferensiasi. 
Sel-sel tanaman yang dikembangkan dengan teknik kultur jaringan mempunyai toleransi pH relatif sempit, yaitu 5,0 – 6,0. Bila eksplan mulai tumbuh, pH dalam kultur umumnya akan naik apabila nutrien habis terpakai. Senyawa phospat dalam media kultur mempunyai peran yang penting menstabilkan pH. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter atau dengan kertas pH. Bila pH medium masih kurang dari normal dapat ditambahkan KOH, sedangkan apabila pH-nya melampaui batas normal maka dapat dinetralkan dengan HCl (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Kelembaban relatif lingkungan biasanya mendekati 100%. Kelembaban relatif sekeliling kultur mempengaruhi pola pengembangan. Jadi, pengaturan kelembaban relatif pada keadaan tertentu memerlukan suatu bentuk diferensiasi khusus.
Intesitas cahaya yang rendah dapat mempertinggi embriogenesis dan organogenesis. Cahaya ultra violet dapat mendorong pertumbuhan dan pembentukan tunas dari kalus tembakau pada intensitas yang rendah. Sebaliknya, pada intensitas yang tinggi proses ini akan terhambat. Pembentukan kalus maksimum sering terjadi ditempat yang lebih gelap.
Temperatur yang dibutuhkan untuk dapat terjadi pertumbuhan yang optimum umumnya adalah berkisar di antara 20o-30oC. Sedangkan temperatur optimum untuk pertumbuhan kalus endosperm adalah sekitar 25oC (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
2.2.3 Subkultur
Subkultur merupakan pemindahan kultur dari media lama ke media baru setelah suatu masa kultur untuk memperoleh pertumbuhan baru yang diinginkan (Gunawan, 1988). Pierik (1987) mengemukakan beberapa alasan mengapa subkultur perlu dilakukan antara lain:
1. Pertumbuhan kultur yang cepat dan telah memenuhi botol,
2. Kultur perlu diperbanyak lebih lanjut, terutama dalam tujuan perbanyakan,
3. Terjadi Proses pencoklatan (browning) terutama pada awal inisiasi akibat persenyawaan-persenyawaan polifenolik yang keluar bekas irisan,
4. Media tumbuh mengering atau air media sudah habis,
5. Nutrien dalam media habis,
6. Kultur memerlukan media yang susunannya baru agar berdeferensiasi lebih lanjut. 
Subkultur dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang dikulturkan. Setiap tanaman memiliki karakteristik dan kecepatan tumbuh yang berbeda-beda. Sehingga cara dan waktu subkultur juga berbeda-beda. Tanaman yang harus segera atau relatif cepat disubkultur adalah jenis pisang-pisangan, alokasia, dan caladium. Tanaman yang relatif lama adalah aglaonema. Untuk tanaman yang diperbanyak dengan multiplikasi tunas, maka subkultur dapat dilakukan dengan memisahkan anakan tanaman dari koloninya atau melakukan penjarangan. Contoh tanamannya adalah anggrek, pisang, dan tanaman lain yang satu tipe pertumbuhan. Untuk tanaman yang tipe pertumbuhannya dengan pemanjangan batang maka subkultur bisa dilakukan dengan memotong tanaman perruas tanaman yang ada. Namun jika ada planlet yang masih terlalu kecil dan beresiko tinggi untuk dipotong, maka subkulturnya cukup dilakukan dengan dipisahkan dari induknya dan ditanam kembali secara terpisah. Contoh tanamannya adalah jati, krisan, dan tanaman lain yang memiliki karakteristik pertumbuhan yang sama. kita dapat menghitung kecepatan produksi tanaman dengan mengetahui kecepatan tanaman melakukan multiplikasi hingga siap disubkultur. Subkultur pada tanaman in vitro dapat dilakukan dalam berbagai kondisi, yaitu:
1. Kondisi Induksi Eksplan
Subkultur pada kondisi induksi adalah subkultur yang dilakukan setelah tanaman diinduksi dan tumbuh menjadi tanaman utuh, atau baru pada tahap penginduksian artinya tanaman belum 100% dapat tumbuh optimal. Jadi harus disubkultur pada media lain untuk dapat melanjutkan pertumbuhannya karena jika tidak disubkultur maka tanaman akan tetap dan tidak berkembang atau lama berkembangnya dan lama kelamaan akan mati. Biasanya bagian utuh dari tanaman dapat disubkultur langsung atau hanya dipindah ke media baru.
2. Kondisi Multiplikasi Plantlet
Subkultur dengan kondisi multiplikasi adalah subkultur yang dilakukan setelah tanaman mengalami pertumbuhan multiplikasi atau perbanyakan. Subkultur jenis ini biasanya digunakan untuk memperbanyak jumlah tanaman atau untuk produksi tanaman dalam jumlah besar.
3. Kondisi Elongasi Tanaman
Subkultur dengan kondisi elongasi adalah subkultur yang dilakukan untuk memperpanjang nodus tanaman sehingga menjadi 4-5 nodus seperti yang diinginkan. Subkultur ini biasanya dilakukan dengan potongan nodus tanaman atau tanaman utuh yang masih kecil yang diharapkan dengan subkultur pada media elongasi dapat memperpanjang tanaman (Nurlaila, 2011).


4. Kondisi Pengakaran Tanaman
Subkultur kondisi ini adalah untuk mendapatkan pengakaran pada plantet yang ditanam. Jika plantlet sudah memasuki waktu untuk keluar (aklimatisasi) maka subkultur pada media pengakaran sangat dibutuhkan agar tanaman kokoh dan dapat beradaptasi nantinya di lingkungan luar (Nurlaila, 2011).


Sabtu, 25 Juli 2015

Tugas Laporan dan makalah Unmul

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Terong merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (Solanaceae). Terong sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia dan banyak digunakan untuk keperluan konsumsi, baik dalam kondisi segar maupun yang sudah diolah terlebih dahulu. Spesies tanaman terong diantaranya: terong biasa (S. melongena var. esculentum), terong panjang (S. melongena var. serpentimum), dan terong kerdil (S. melongena var.depressum), ( Imdad dan Nawangsih, 2001). 
Konsumsi akan buah terong dari tahun 2004 sampai tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Konsumsi buah terung tahun 2004 mencapai 2.55 kg/Th perkapita dan mengalami kenaikan yang signifikan di tahun 2007 yakni, mencapai 3.48 kg/Th perkapita. Kebutuhan akan terung dapat dipenuhi dengan menggunakan benih bermutu pada teknik budidaya. Produksi benih bermutu tidak lepas dari penentuan masak fisiologis dari benih yang akan di panen. Diperlukan waktu yang tepat dalam pemanenan benih. Banyak tolok ukur untuk menentukan tingkat kemasakan benih yang digunakan saat ini diantaranya bobot kering benih, kadar air benih, bobot 1000 butir benih, daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih, walaupun sebagian besar dari tolok ukur tersebut mempunyai kelemahan yakni, diperlukan waktu yang relatif lama untuk mengetahui hasilnya, (Dirjen Horti, 2009).
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan suatu tolok ukur yang lebih cepat dalam mendeteksi tingkat kemasakan benih. Sadjad et al. (1999) menyatakan perlunya pencarian indikator kuantitatif lain yang didasarkan proses biokimia untuk mendeteksi Vigor biokimiawi (Vbiok.). Salah satu tolok ukur yang dapat digunakan untuk mendeteksi tingkat kemasakan benih ialah melihat kandungan klorofil dan karotenoid dalam benih yang berhubungan dengan perubahan warna pada buah pada setiap fase kemasakan buah.Karoten dan klorofil berfungsi dalam membantu proses penyerapan cahaya pada proses fotosintesis, (Jelink 1998)

B. Tujuan 
1. Mengetahui faktor penunjang budidaya terong di Kalimantan Timur
2.Mengetahui hambatan-hambatan dalam budidaya terong di Kalimantan Timur


BABA II
TINJAUAN PUSTAKA

a. faktor penunjang budidaya terung di Kalimantan timur
Iklim dan  ketinggian tempat
Tanaman terung pada umumnya tumbuh baaik apabila keadaan suhu udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman adalah berkisar antara 18 – 30oC, dengan curah hujan 1.200 – 1.500 mm/tahun, ini memungkinkan bila di budidayakan di Kalimantan timur dengan Temperatur udara rata-rata 26 oC dan curah hujan berkisar antara 1.500 - 4500 mm/tahun. 

Letak Geografis Tanah/Ketinggian Tempat
Tanaman terung umumnya dapat tumbuh baik di dataran rendah dan dataran tinggi berkisar antara 1-1200m dpl, sesuia dengan keadaan georafis Kalimantan timur yang umumnya banyak terdapat dataran rendah dan dataran tinggi.

Luas lahan 
Untuk meningkatkan produksi tanaman terung bisa di lakukan dengan extensivikasi atau dengan cara perluasan lahan. Di lihat dari segi lahan yang terdapat di daerah Kalimantan timur luas areal 20.865.774 ha, ini sangat memungkinkan meningkatkan penghasilan dengan perluasan lahan di kalimantan timur.

Tersedianya benih berkualitas.
Benih berkualitas merupakan salah satu faktor internal yang menentukan besarnya produktivitas terung, di Kalimantan sendiri penyediaan benih berkualitas mudah di jumpai dan banyak terdapat di toko-toko pertanian di Kalimantan timur.
Ketersediaan pupuk organik
Pupuk organik banyaak di gunakan petani pada media campur pengolahaan tanah, karna sifatnya yang tidak merusak bahkan memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik tanah. Ketersediaan pupuk organik banyak terdapat di daerah Kalimantan timur sendiri karena pupuk organic ini berasal dari kotoran ternak, tumbuhan-tumbuhan dan lain sebagainya. Selain itu pupuk organik tersedia dalam berbagai macam seperti pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk cair, pupuk bokasi dan lain sebagainya.
Ketersediaan Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja sangat di butuhkan dalam budidaya terong misalnya saat pengolahan lahan sampai pasca panen agar mempermudah dan mempercepat dalam budidaya terung. Di perkirakan Jumlah penduduk Kalimantan timur yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 1.477.917 orang, di mana sejumlah 1.423.257 orang diantaranya bekerja, sedangkan 54.660 orang merupakan pencari kerja. 
Faktor Penghambat

Kurangnya Ketersedian air
Ketersediaan air yang kurang dapat menyebabkan tanaman kerdil dan akhirnya mati, di Kalimantan sendiri banyaknya wilayah pertanian yang jauh dari sumber air ini menyebakan hambatan dalam budidaya terung. 
Gangguan OPT
Gangguan OPT seperti Gulma, Hama, Penyakit, sangat menggangu petani terung karena akibat dari gangguan tersebut harus mengeluarkan biaya yang lebih untuk mengendalikan gangguan OPT tersebut. Selain itu gangguan OPT dapat menurunkan baik dari segi kualitas dan kuantitas terung dan bahkan membuat gagal panen para petani terung di Kalimntan Timur.
Pemasaran hasil pertanian
Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan (marjin pemasaran yang tinggi) serta ada bagian yang dikeluarkan sebagai keuntungan pedagang. Hal tersebut cenderung memperkecil bagian yang diterima petani dan memperbesar biaya yang dibayarkan konsumen. Panjang pendeknya saluran pemasaran ditandai dengan jumlah pedagang perantara yang harus dilalui mulai dari petani sampai ke konsumen akhir. Semakin panjangnya saluran pemasaran maka hasil yang di dapat petani semakin kecil.

Kurangnya Tenaga Ahli
Kekurangan tenaga ahli dalam arti penyuluh pertanian, menyulitkan petani terung jika masalah-masalah yang di hadapi tidak mampu di atasi petani, selain itu juga penyuluh pertanian merupakan jembatan antara petani dan pemerintah jika tidak ada yang menjembatani petani maka petani tidak akan tersentuh oleh pemerintah, akibatnya para petani tidak memperoleh bantuan dari pemerintah baik bantuan alsinta, angkutan produksi, pemasaran hasil pertanian dan lain sebagainya. 
Solusi
Ketersedian air
Ketersediaan air merupakan syarat budidaya terung oleh karena itu penting adanya air dalam budidaya terung, solusi mengatasi kekurangan air adalah dengan membuat wadah penampung air seperti sumur, kolam yang menampung air hujan.
Gangguan OPT
Gangguan OPT dapat diatasi menggunakan cara mekanik, biologi, kimia, maupun kultur teknik. pada pengendalian gulma, Cara mekanik bisa dengan cara menggunakan parang atau sabit untuk membasmi gulma, atau dengan cara menggunakan herbisda yang merupakan cara kimia. Sedangkan untuk pengendalian hama bisa menggunakan cara kimia seperti pestisda nabati maupun pestisda kimia seperti insektisida dan lain sebagainya.
Pemasaran hasil pertanian
Peran pemerintah untuk memberikan tempat pemasaran hasil pertanian bagi para petani terung, dan menentukan harga atap dan bawah yang melindungi petani dan konsumen.
Kurangnya Tenaga Ahli
Peran pemerintah menambah tenaga ahli / penyuluh pertanian kemudia menugaskannya ke petani – petani yang membutuhkan.


BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
Terong merupakan tanaman tropis yang sesuai di budidayakan di Kalimatan Timur, baik dari segi iklim, letak geografis/ketinggian tempat, luas lahan dan ketersediaan tenaga kerja.
Hambatan dalam membudidayakan terung di Kalimantan Timur anatara lain dari ketersediaan air, gangguan OPT, kurangnya tenaga ahli, dan pemasaran hasil pertanian.
Selain itu juga peran pemerintah sangat di perlukan untuk memfasilitasi petani agar petani dapat bertani lebih maju dan memperoleh keuntungan sesuai yang diharapkan petani.
SARAN
Dalam berbudiaya terong alangkah baiknya jika memilih tempat, di lahan yang datar , dekat dengan sumber air, dekat dengan jalan , dekat dengan pasar. Selain itu melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman lain yang berbeda family, agar hama dan penyakit tanaman terong dapat mati karena tanaman tempat tumbuhnnya sudah mati.